1. Home
  2. Berita

Bengkel Mobil Harapan dari Jagoi Babang

Oleh Petrus Suparto diterbitkan 17 Jun 2025 02:06


Jagoi Babang, Bengkayang — Di sudut perbatasan Kalimantan Barat, tepatnya di Dusun Jagobabang, hidup seorang montir sederhana bernama Kasianus Anyiu. Di balik tangan kasarnya yang akrab dengan oli dan mesin, tersimpan mimpi besar yang kini perlahan menjadi nyata: menyekolahkan anak-anaknya hingga ke perguruan tinggi ternama.

Perjalanan Kasianus dimulai pada tahun 2006, saat ia dan keluarganya bergabung dengan KSP CU Pancur Kasih. Waktu itu, iuran wajib hanya Rp10.000—angka kecil, tapi berat jika harus menempuh jarak jauh untuk menyetor. Meski begitu, Kasianus melihat ada harapan di balik kesulitan itu.

“Saya mengenal CU dari teman-teman. Mereka bilang ini lembaga yang bisa bantu orang-orang seperti kami yang tinggal di pelosok,” ungkapnya.
Kasianus dulunya adalah teknisi di perusahaan perkebunan. Namun setelah menikah dan punya anak, ia merasa penghasilannya tidak cukup. Ia pun mengambil keputusan berani: mengundurkan diri dan membuka bengkel kecil dari uang pesangon seadanya.

Beberapa bulan setelah jadi anggota CU, ia mengajukan pinjaman untuk memperbaiki kondisi bengkel yang saat itu masih sangat sederhana. “Puji Tuhan, pinjaman dikabulkan. Saya bisa beli tanah seluas 2 hektare untuk relokasi bengkel saya ke Dusun Risau.”
Namun, usaha tak selalu mulus. Saat harga sawit anjlok pada 2016–2017, banyak pelanggan Kasianus yang kesulitan membayar servis. Situasi makin berat saat pandemi COVID-19 melanda. “Saat itu kampung lockdown. Tidak ada kendaraan lewat. Saya benar-benar tidak bisa bekerja,” ujarnya.

Kasianus nyaris putus asa. Ia datang ke kantor CU Pancur Kasih dengan maksud menyerahkan diri karena tak mampu membayar angsuran. Tapi lembaga tak tinggal diam. Ia diberi pinjaman tambahan dan memutuskan untuk beralih ke bertani, demi menyambung hidup dan membayar cicilan.
CU Menjadi Jembatan Pendidikan Anak

Kisah Kasianus bukan hanya tentang bertahan hidup, tapi juga mewujudkan mimpi keluarga. Berkat kedisiplinannya menabung dan mengelola pinjaman dengan baik, anak-anaknya kini bisa menempuh pendidikan tinggi. Anak bungsunya kuliah di bidang perpajakan di Jakarta, sementara anak keduanya saat ini semester 3 di Fakultas Kedokteran Universitas Maranatha, Bandung.

“Saya tidak pernah menyangka, anak saya bisa jadi mahasiswa kedokteran. Semua ini karena CU,” katanya, menahan haru.
Kasianus tidak ingin sukses sendiri. Ia mewajibkan setiap karyawan bengkel yang direkrutnya untuk menjadi anggota CU Pancur Kasih. Setiap bulan, sebagian dari gaji mereka disisihkan dan ditabungkan. Setelah berhenti kerja, tabungan dan buku CU mereka dikembalikan sepenuhnya.

“Hasilnya luar biasa. Beberapa mantan karyawan saya sekarang sudah punya usaha sendiri,” ujarnya bangga.
Menjelang ulang tahun CU Pancur Kasih ke-38, Kasianus menyampaikan harapan tulusnya:
“Semoga CU Pancur Kasih terus menjadi cahaya di tempat-tempat gelap. Membantu bukan hanya secara finansial, tapi juga mendidik dan menuntun anggota untuk hidup lebih baik.”

Ia pun mengajak siapa saja yang belum bergabung:
“Mari bergabung bersama CU Pancur Kasih. Barage CU, Melangkah Repo, CUPK Senjati, Senjati CUPK!”

 

Barage CU Malangkah Repo


Petro